Eropa Mulai Kalang Kabut, Embargo Migas Rusia Jadi Bumerang


Sikap keras Eropa terhadap Rusia dengan mencoba memutus salah satu pendapatan utama Rusia berbalik menjadi senjata makan tuan. Embargo minyak dan gas pun tampaknya akan dilakukan setengah hati.

Tak bisa dipungkiri, Eropa sangat bergantung kepada Rusia dalam hal pemenuhan energinya. Hal itu pun sejatinya telah diakui oleh sejumlah negara, salah satunya Jerman.

Pada pekan lalu, The Deutsche Bundesbank memperingatkan akhir pekan lalu bahwa embargo gas alam Rusia dapat menyebabkan ekonomi Jerman turun 5% dari target yang diharapkan tahun ini. 

Hal tersebut berpotensi mendorong Jerman ke dalam resesi sembari ikut mendorong harga konsumen yang juga telah naik signifikan.

Bundesbank pun menyebut dampak ekonomi Jerman dari penghentian pembelian minyak, gas, dan batu bara Rusia dapat menelan biaya 180 miliar euro.

Selain itu, model ekonominya menunjukkan bahwa penghentian gas alam Rusia, yang sebelum perang menyumbang 55% dari pasokan Jerman, akan menyebabkan produk domestik bruto (PDB) tahun ini menyusut 2%.

"Bukannya tumbuh 3% seperti yang diprediksi sebelumnya," tulis Bundesbank dalam laporannya, dikutip Selasa (26/4/2022).

Bundesbank juga memperingatkan bahwa kebutuhan untuk menemukan sumber energi pengganti akan mendorong laju inflasi. Kenaikan harga akan bertambah lebih dari 1,5% secara persentase poin untuk indeks harga konsumen tahun ini dan lebih dari 2% untuk tahun depan.

Perlu diketahui, Jerman, importir terbesar blok itu, mengandalkan Rusia untuk lebih dari dua pertiga gas alamnya pada tahun 2020. Adapun Italia, pembeli terbesar kedua blok itu, menerima hampir setengah dari impornya dari Rusia.

Senada, pada pekan lalu Dana Moneter Internasional juga turut memperingatkan bahwa perang di Ukraina akan menyeret turun ekonomi zona euro. IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi menjadi 2,8% dari diprediksi pada Januari sebesar 3,9%.

Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet L Yellen juga menilai bahwa larangan impor gas Rusia dapat memiliki efek berlawanan dan merugikan benua itu lebih parah dari Rusia. Terutama karena harga bahan bakar global meroket.

"Eropa jelas perlu mengurangi ketergantungannya pada Rusia sehubungan dengan energi," kata Yellen kepada wartawan di Washington.

Untuk jangka pendek, negara-negara Eropa pun telah mencari cara untuk meningkatkan penggunaan sumber-sumber alternatif. Salah satunya adalah gas alam cair.

LNG adalah gas alam biasa yang telah didinginkan ke keadaan cair pada suhu negatif 162 derajat celcius. Dalam keadaan cair, bahan bakar membutuhkan volume sekitar 600 kali lebih sedikit, memungkinkannya untuk dikirim secara efisien ke tempat-tempat yang tidak dilayani oleh jaringan pipa.

LNG menyumbang sekitar seperempat dari impor gas UE pada tahun 2020, dengan sisanya datang melalui pipa. Sementara Rusia mendominasi perdagangan pipa, negara-negara lain seperti Amerika dan Qatar memasok LNG dengan porsi yang lebih besar dari Rusia.

Namun, untuk meningkatkan impor LNG, negara-negara Eropa tetap perlu membangun fasilitas untuk menerima gas, serta mencari sumber baru untuk mendapatkannya.

Australia, Qatar, dan Amerika adalah pengekspor LNG terbesar di dunia saat ini. Tetapi sebagian besar pasokan mereka ditujukan ke importir Asia, seperti China dan Jepang. Eropa tentu harus bersaing dengan negara-negara tersebut untuk mengamankan pasokan yang dapat diandalkan.

Sementara itu, upaya untuk mensubstitusi minyak dan gas Rusia ke energi terbarukan juga masih sangat menantang sehingga ketergantungan Eropa terhadap komoditas energi Rusia masih menjadi masalah yang sejatinya belum terpecahkan.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama